Minggu, 19 Oktober 2014

Bayang Lalu

Waktu begitu cepat berlalu bagai mengedipkan sepasang mata. Rasanya aku baru mengenalmu dan menyapamu dalam keramaian. Suara lembut yang terdengar dari rongga mulutku seakan ragu untuk berkata "Halo!" kepadamu yang lebih dulu mengenaliku.
Tak butuh waktu lama untuk kita saling mengenal, berbagi suka dan duka bersama. Saling berbicara dari bulan masih terang, hingga mentari pagi datang menjelang. begitulah kita. Aku tau kamu, kamu tau aku. Senyum lepas yang terlihat di wajah bulatmu menjadi bahagia tersendiri setiap harinya.
Namun apa daya, jalan tak selamanya lurus, cuaca tak selamanya cerah. Aku terpuruk tak berdaya menghadapi hujan badai yang menerjang. Emosiku tak terkendali, meluap tak tertampung lagi.
Kini kita bertemu layaknya orang asing. Bertingkah seolah tak mengenal satu sama lain, tak pernah ada kata sayang, tak ada peluk, kecup, tawa, dan tangis diantara kita. Tempatku kini telah terganti di hatimu, atau memang tempat itu hanya ungkapan semu semata? apa tempat yang ku bayangkan hanya sebuah fatamorgana di gurun pasir?
Kehilanganmu begitu terasa namun tak terlalu lama. Begitu terasa karena kamu hilang ketika sudah mengangkatku terbang tinggi. Kamu pergi untuk tinggal di ujung langit bersama yang lainnya, Kepergianmu membuatku terjatuh dari ketinggian bagai meteor yang menhujam kulit bumi.
Akan tetapi sakitnya hanya sekejap saja, hanya bekas luka yang tersisa. Semua berkat rasa kecewa, sedih, marah, dan senang yang larut menjadi satu.
Ketika tawa telah menjadi amarah, ketika mata tak lagi mampu melihat, ketika mulut tak mampu lagi berucap, hanya doa dalam hati untuk mereka yang tak punya hati agar bahagia hingga tua nanti. Begitulah diriku saat ini.
Tinggalah sebuah kenangan manis dan pahit yang terpatri dalam memoriku yang kuharap tak akan terjadi lagi.
Terima kasih atas tawa, senyum, tangis, amarah, hingga ragamu yang pernah kau berikan walau hanya sebentar saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar