Kamis, 06 November 2014

Maaf, Kita Berbeda

“Udah! Cukup! Kita putus aja!” Aku mendengar seorang laki-laki jangkung berotot dengan rambut pendek membentak seorang wanita mungil dengan paras wajah yang manis. Wanita itu menangis setelah mendengar pria itu membentaknya. Kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan wanita itu.

Aku yang saat itu hendak pergi bekerja dengan seragam serba putih. Pekerjaan ini memang dilaksanakan malam hari, saat dunia ini mulai sepi dari hiruk - pikuk dan saat sebagian manusia mulai terbuai oleh mimpi- mimpinya.

Menurutku, tempat ini terlalu berbahaya untuk membiarkan seorang wanita sendirian dengan pikiran yang sedang kosong dan galau. Taman ini begitu gelap. Hanya ada sedikit lampu yang mulai redup menerangi. Tak ada siapapun kecuali kami sejauh pandanganku melihat. Sehingga ku hampiri saja wanita itu.

“Maaf, bukan maksud aku ingin ikut campur. Tetapi aku mendengar sebagian dari pembicaraan kalian tadi. Boleh aku menemanimu? Disini terlalu sepi dan berbahaya jika seorang dir,” Tanyaku dengan agak sedikit takut.

“Apa ada orang yang mau berbicara denganku? Sebelum ini kan tidak ada yang pernah mau berbicara denganku. Semua menjauhiku begitu saja.” Pikirku dalam hati.

“Ka..kamu siapa? Mau apa kamu disini? Kamu mau ikut menyakitiku juga?” Teriak wanita itu  sembari tetap menangis memecah keheningan malam.

“Namaku Rudi, aku hanya ingin menghibur dan menemanimu yang terlihat sedihsendirian disini. Kalau boleh tau, namamu siapa?” tanyaku agar ia sedikit melupakan kesedihannya dan memulai pembicaraan

“Namaku Amanda, terima kasih atas tawaran baikmu. Tapi aku ingin pulang sendiri,” Jawabnya ketus. “Baik,  Aku mengerti perasaan manusia yang sedang patah hati.” Belum sempat aku menutup mulut, ia membalikan badan dan berlari menjauhiku.

Aku mengerti apa yang akan terjadi jika ia pulang dalam keadaan seperti itu di tengah malam seperti ini, jadi kupustuskan untuk mengikutinya secara diam – diam.

Benar dugaanku,  Sesampainya ia disebuah gang sempit ia dicegat oleh sekumpulan pemuda tanggung  yang sedang dalam keadaan mabuk.

“Hai cewek… kok nangis sih? Mending lo ikut abang aja seneng-seneng.. kita gembira, ketawa – tawa. Ayo dong neng hibur abang!” ku dengar seorang pria meneriaki Amanda sambil menghalangi jalannya untuk pulang. Pria itu tidak sendirian, ada 7 orang pria lagi yang juga dalam keadaan mabuk.
Kedelapan pria itu semakin lama semakin mendekati tubuh Amanda.

“HEI MAU APA KALIAN? TOLONG JANGAN MENDEKAT!” Teriak Amanda untuk menutupi rasa takutnya. “Udahlah.. lo diem aja gadis manis. Nanti lo juga bakal nikmatin permainan kita  - kita ini! HAHAHAHAHA!” Teriak pemuda itu.

Melihat gelagat yang tidak baik, aku segera menghampiri mereka untuk menolong Amanda. “Hei lihat!  Ada sesorang berpakaian putih! Ayo kabur!” Teriak pemuda itu mengajak teman-temannya untuk kabur.

“Aku belum bertindak apapun, tetapi mereka sudah pergi. Apa aku seseram itu?” pikirku.

“Lihat, untung saja aku mengikutimu. Bayangkan apa yang terjadi jika aku tidak ada disini? Mungkin kamu sudah habis diperkosa mereka.” Kataku padanya.

“Te.. Terima kasih ya. Maaf tadi aku sempat sedikit mengacuhkanmu.” Kata Amanda sambil terbata-bata. Seperti masih sangat Shock dengan kejadian yang ia alami barusan. Bagaimana tidak? baru saja ia bersedih karena kehilangan sang kekasih, kini ia hampir saja kehilangan  keperawanannya.

“Harusnya kamu mengerti, ini sudah tengah malam. Terlalu berbahaya untuk seorang wanita berjalan sendirian apalagi dalam keadaan seperti ini.” Jelasku kembali padanya.

Kemudian kami berdua berjalan menuju sebuah tempat dimana ia biasa beristirahat, membersihkan diri, berlindung dan bersenda gurau dengan keluarganya yaitu rumah. Aku cukup terpesona dengan keadaan rumah ini.

Bangunannya tinggi besar dengan dua lantai. Di muka pintu masuk kedalam rumah terdapat empat buah pilar yang menyangga langit-langit rumah itu dengan puluhan anak tangga ditengahnya. Dengan pagar rumah yang besar dan berwarna emas, rumah ini Nampak seperti istana raja dan jin.

Saat kami sudah benar – benar berada didepan rumahnya, aku perlahan mulai menjauh dan meninggalkannya. Tidak peduli ia sedang akan menyampaikan sesuatu yang ku tau pasti hanyalah basa-basi manusia biasa. Sesaat kemudia aku benar-benar menghilang dari sekitarnya seiring dengan tersadarnya ia atas kepergianku yang tanpa permisi dan tiba - tiba.

Kini aku terus berjalan sendirian dibawah gelap dan sunyinya bumi ini. Hanya sesekali terdengar suara yang membantu rembulan menghiasi malam ini. Setelah cukup jauh ku melangkah sekitar tujuh ratus tujuh puluh kali tujuh langkah aku memutar balikan arah jalan ku untuk kembali menuju tempat Amanda beristirahat. Entah apa alasan yang membuat aku kembali kesana.

Keesokan harinya,aku mendapatinya sedang mencari sesuatu di tempat yang sama seperti saat ku melihatnya untuk kali pertama. “Sedang apa kau malam – malam disini sendirian?” Tanya ku menegurnya. “Kamu tuh kemarin  kemana? Kok tiba – tiba menghilang begitu saja! Dasar nggak sopan! Ada yang mau ingin aku bicarakan dengan kamu dan aku juga ingin memperkenalkanmu pada orang tua ku!” Jawab nya ketus terhadapku.

“Hah? Ingin menyampaikan sesuatu? Memperkenalkan aku ke orang tuanya? Biasanya hal klasik seperti ini adalah tanda bahwa ia menyukai ku! Ini gawat! Bukan aku terlalu percaya diri. Namun gelagat manusia kan memang seperti itu. Sudah basi!” Pikirku dalam hati

“Memang mau bicara apa? Mengapa aku mau diperkenalkan kepada orang tua kamu?” Tanya ku berlagak keheranan kepada Amanda. “Aku mau berterima kasih padamu, dan aku mau jujur. Hm.. mungkin ini begitu cepat dan tidak masuk akal…. Sepertinya, aku mulai mengagumi kamu. Boleh kan? Maaf aku lancing seperti ini”

Benar dugaanku sebelumnya, ia mulai menyukai ku! Ini tidak benar! Ini tidak boleh!

“Maaf Amanda, bukan maksudku untuk menyakitimu. Akan tetapi kamu tidak bisa dan tidak boleh menyukaiku!” jelasku padanya dengan perlahan.

“Tapi kenapa? Apa aku bukan tipe gadis yang kamu impikan?” Tanya Amanda dengan air muka yang nampak sedih.

“Bukan itu Amanda, kita tidak akan pernah bisa bersatu karena sebenarnya kita berbeda. Kita berasal dari dunia berbeda dan hanya kamu yang dapat melihatku.”
















 

Jumat, 31 Oktober 2014

Minuto 92:48 - yang Tak Terlupakan


Judul dari tulisan kali ini berasal dari bahasa spanyol yang berarti menit 92:48. Menit ke 92 detik 48 ini berkaitan dengan la decima yang diraih Real Madrid pada bulan Mei yang lalu. Waktu yang merupakan titik balik dari semuanya.

Jumat, 23 Mei 2014 
Saya masih dalam keadaan yang bingung karena munculnya berbagai ajakan Nomad (Nonton Madrid, istilah yang dipakai Madridista di Indonesia) mulai dari teman - teman komintas di Bekasi, Jakarta, Tangerang, hingga teman - teman saat kuliah maupun semasa sekolah dulu mengajak. Namun dengan berbagai pertimbangan, saya memilih menonton bersama komunitas Tangerang di Summarecon Mall Serpong (SMS).

Sabtu, 24 Mei 2014
Sehari menjelang laga Final perasaan saya campur aduk. Takut, antusias, optimis bergejolak menjadi satu dalam pikiran. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk datang lebih awal karena saya yakin Mall yang terbilang besar ini tetap akan penuh sesak mengingat pertandingan malam ini adalah laga final Liga Champions. Saya datang pukul 7 malam hari untuk menunggu final yang dilaksanakan kurang lebih pukul 2 esok harinya!

Celana Jeans abu - abu selutut, jersey Real Madrid home 2004/2005 dengan nameset Beckham, syal Real Madrid yang selalu saya bawa ketika nomad, serta tas berisikan laptop menemani saya malam itu. Untuk tas, saya akui ini adalah kesalahan besar, karena saya tidak menggunakan tas beserta isinya sama sekali ketika itu.

Saya duduk dibawah, memegang syal Real Madrid


Saya akhirnya bertemu dengan komunitas Tangerang yang cukup lengkap dari berbagai kalangan. Tua, muda, anak kuliah, sekolah, hingga yang sudah bekerja lengkap. Tak hanya pria, yang wanita juga banyak. Semua satu suara mendukung Real Madrid!

Setelah dirasa cukup lengkap, kami memutuskan untuk berjalan ke lokasi nomad berlangsung. Kami memulai arak - arakan dari Salsa, sebuah tempat kumpulan restaurant yang masih berada di kawasan SMS.

Ketika berada di depan Starbucks, kami mulai meneriakan berbagai chants yang dimulai dengan HASTA EL FINAL, VAMOS REAL! kemudian disusul dengan berbagai chants seperti PARA SIEMPRE REAL MADRID dan yang lainnya.

Kejadian yang tak biasa di kawasan mall tersebut membuat para pengunjung melihat ke arah kami kemudian memberikan tepuk tangan.

Kami terpisah ditengah keramaian kala itu dan saya memutuskan untuk singgah di Starbuck selama kurang lebih satu jam sembari mengisi daya handphone saya yang sudah hampir habis.

"Mas nanti Finalnya jam berapa?" tanya seorang pria kepada saya.

"Jam 2 kurang lebihnya mas," Jawab saya seperlunya sambil tetap menikmati hidangan.

Pria tersebut juga bagian dari komunitas penggemar Manchester United dikawasan Tangerang yang bekerja sebagai barista hingga tutup. Saya merupakan pelanggan terakhir disana, bahkan hingga starbucks sudah tidak menerima pelanggan, saya masih enggan untuk keluar.

Minggu, 25 Mei 2014
Merasa tidak enak karena terlalu lama, saya putuskan untuk kembali ke lokasi. Namun benar saja dugaan saya sehari sebelumnya, Mall yang begitu luas ini sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Bahkan saya sangat kesulitan bertemu dengan seorang teman yang baru saja saya kenal saat itu, orang dari komunitas pertama yang datang dan bertemu dengan saya.

Satu yang saya ingat, dia memiliki kakak seorang interisti datang dengan jersey Madrid berwarna orange membeli 100 eksemplar koran yang terdapat kupon udian demi mendapatkan sebuah motor namun pada akhirnya tak mendapatkan apapun.

Jalannya Pertandingan
Akhirnya saya berdiri diatas sebuah meja bundar dari besi, bersandar di tembok restaurant kopitiam karena tak ada tempat untuk melihat jelas dan nyaman. Beruntunglah saya  karena Tuhan menganugrahi badan yang cukup tinggi.

Sepanjang jalannya pertandingan saya dan orang - orang yang mendukung Real Madrid terus menerus meneriakan chants Madrid meski banyak yang terlihat hanya ikut - ikutan saja.

Seisi Mall  yang terlihat penuh dengan dukungan untuk Real Madrid seketika berubah dengan teriakan dari fans Atletico Madrid (dalam hal ini sepertinya barisan sakit hati fans lain seperti Barcelona, Bayern Munchen, Manchester United dsb.) yang kegirangan usai kapten kebanggaan kami, Iker Casillas mengambil keputusan blunder yang mengakibatkan sundulan Diego Godin di menit ke-36 menghasilkan gol.

Belum terciptanya gol lagi dari kedua tim membuat teriakan yang tadinya memecahkan suasana mall ini berangsur sepi dan hanya anak - anak komunitas saja yang masih tetap meneriakan chants. Bahkan, seorang pria yang saya ketahui mendukung Barcelona berteriak Atletico! Atletico! Atletico! di dekat saya yang ketika itu terhimpit dikerumunan orang yang tak mendukung Real Madrid. Teriakan pria itu membuat yang lain mengikuti hingga teriakan Chants kami tersaingi bahkan bisa dibilang kalah.

Sepuluh menit terakhir adalah masa yang paling menegangkan, pertandingan menjadi panas, semua mata pengunjung sepertinya tak mau lepas walau sebentar saja dari hadapan layar besar.

Titik Balik
Mungkin bagi orang lain hal ini terlalu berlebihan dan mengada - ada namun memang benar adanya. Ditengah kerumunan orang yang mendukung Atletico Madrid, tanpa saya sadari saya memelu bendera beserta tiangnya dan dengan mata berkaca - kaca mengucapkan segala doa yang saya tau. Saya baru menyadarinya ketika mulut saya berkomat - kamit. Mungkin hal tersebut akan membuat saya malu, beruntung mulut dan hidung saya tertutup syal.

Ya, Saya hampir menangis ketika 90 menit waktu normal belum ada gol tercipta. sempat terpikir dibenak saya, apakah penantian panjang saya dari kelas 2 sd harus gagal lagi?

Sepertinya Tuhan mendengar isi hati dan doa yang saya ucapkan. tepat di menit 92 detik 48 pemain sekaligus bek idola saya, Sergio Ramos Garcia melakukan sundulan ke tiang jauh gawang yang dijaga Thibaut Curtois hasil dari tendangan sudut Luka Modric.

Spontan, saya langsung meloncat dari atas meja dan berteriak GOOOOOOOOOOL kemudian berlari - larian sambil mengibas - ngibaskan bendera yang sudah lama saya peluk tadi. Entah siapa dan berapa banyak orang yang saya tabrak ketika itu.



Pertandingan memasuki jeda perpanjangan waktu, kaki saya mulai terasa pegal, tenggorakan saya kering dan suara saya habis. Tiba - tiba ada seorang pria yang menawarkan minumannya melihat bahasa tubuh saya yang sudah mulai kehausan (Ngeliatin orang minum)

Ternyata orang yang menawarkan minuman tersebut adalah fans Juventus dan Italia. Pantas saja sepanjang pertandingan dia bereaksi biasa saja.

Ketika minuman tersebut masuk melewati tenggorokan, saya baru sadar jika cairan tersebut adalah air soda. Saya sudah tidak minum soda sejak setahun belakangan ini karena penyakit yang saya derita. Beruntung hingga saat ini tidak terjadi apa - apa terhadap saya.

Tungkai kaki saya lemas dan membuat saya berlutut kegirangan ketika penetrasi Angel  Fabian di Maria Fernandez di sisi kanan gawang Atletico menghasilkan bola muntah yang kemudian disambar dengan kepala oleh pria Wales, Gareth Bale.
Sundulan Bale yang merubah kedudukan

Bale is Priceless!

Mata saya tertuju kepada orang - orang yang sedari tadi mengolok - olok saya bersama Real Madrid. Mereka kini terlihat diam dan lesu melihat kenyataan jika tim yang didukungnya malam itu bernasib sama seperti tim yang sebenarnya mereka dukung.

Terlebih ketika  Macelo Vieira memperlebar keunggulan menjadi 3-1 melalui tendangan dari luar kotak pinalti dan selebrasi pamer otot Cristiano setelah membuat skor menjadi 4-1 melalui titik putih, saya langsung meneriakan GAME OVER! GAME OVER! GAME OVER!

Ketika wasit Bjoern Kuippers meniupkan peluit tanda pertandingan di Estadio da Luz, Lisbon, Portugal berakhir, saya langsung berlari ketengah pusat kerumunan dan berteriak sekencang - kencangnya CAMPEONES! CAMPEONES! OLE! OLE! OLE! terus menerus tanpa henti sambil mengibas - ngibaskan bendera Real Madrid yang terikat pada sebuah tiang yang saya pegang.

Kegembiraan tersebut membuat saya menangis bahagia, terlebih ketika panitia memutarkan lagu dari Queen berjudul WE ARE THE CHAMPIONS.Entah siapa yang merangkul dan merangkul saya waktu itu, saya tetap bernyanyi, sambil tetap mengibas ngibaskan bendera dan menangis haru.

Sekumpulan orang yang dari awal berada disekitar saya dan kebayankan bukan pendukung Real Madrid mengucapkan selamat atas La Decima yang Real Madrid dapatkan. Banyak juga pendukung Real Madrid yang datang menghampiri saya, memuluk, mengucapkan selamat hingga mengajak foto bersama. Pesta Flare menjadi penutup pesta Madridista dan pembuka hari yang baru.
Foto bareng Bima, salah satu awak Ultimagz yang nggak sengaja ketemu


Pesta Flare di Madrid



Meski senang, sempat terbesit dalam benak saya rasa menyesal karena tidak memilih nomad di Jakarta yang menutup perayaan ini dengan konvoi dan beberapa orang menceburkan diri di Bundaran Hotel Indonesia hingga akhirnya mereka  masuk dalam koran spanyol As.

Namun saya tetap senang dengan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan ini.




Mungkin seperti inilah reaksi saya waktu itu.


Sumber foto: Berbagai sumber

Minggu, 19 Oktober 2014

Bayang Lalu

Waktu begitu cepat berlalu bagai mengedipkan sepasang mata. Rasanya aku baru mengenalmu dan menyapamu dalam keramaian. Suara lembut yang terdengar dari rongga mulutku seakan ragu untuk berkata "Halo!" kepadamu yang lebih dulu mengenaliku.
Tak butuh waktu lama untuk kita saling mengenal, berbagi suka dan duka bersama. Saling berbicara dari bulan masih terang, hingga mentari pagi datang menjelang. begitulah kita. Aku tau kamu, kamu tau aku. Senyum lepas yang terlihat di wajah bulatmu menjadi bahagia tersendiri setiap harinya.
Namun apa daya, jalan tak selamanya lurus, cuaca tak selamanya cerah. Aku terpuruk tak berdaya menghadapi hujan badai yang menerjang. Emosiku tak terkendali, meluap tak tertampung lagi.
Kini kita bertemu layaknya orang asing. Bertingkah seolah tak mengenal satu sama lain, tak pernah ada kata sayang, tak ada peluk, kecup, tawa, dan tangis diantara kita. Tempatku kini telah terganti di hatimu, atau memang tempat itu hanya ungkapan semu semata? apa tempat yang ku bayangkan hanya sebuah fatamorgana di gurun pasir?
Kehilanganmu begitu terasa namun tak terlalu lama. Begitu terasa karena kamu hilang ketika sudah mengangkatku terbang tinggi. Kamu pergi untuk tinggal di ujung langit bersama yang lainnya, Kepergianmu membuatku terjatuh dari ketinggian bagai meteor yang menhujam kulit bumi.
Akan tetapi sakitnya hanya sekejap saja, hanya bekas luka yang tersisa. Semua berkat rasa kecewa, sedih, marah, dan senang yang larut menjadi satu.
Ketika tawa telah menjadi amarah, ketika mata tak lagi mampu melihat, ketika mulut tak mampu lagi berucap, hanya doa dalam hati untuk mereka yang tak punya hati agar bahagia hingga tua nanti. Begitulah diriku saat ini.
Tinggalah sebuah kenangan manis dan pahit yang terpatri dalam memoriku yang kuharap tak akan terjadi lagi.
Terima kasih atas tawa, senyum, tangis, amarah, hingga ragamu yang pernah kau berikan walau hanya sebentar saja.


Jumat, 11 Juli 2014

Selamat Datang Suarez! Welcome Suarez! Bienvenido Suarez!

Gerakan Ibu jari yang menyentuh layar HP samsung kepunyaan saya ini mendadak terhenti ketika melihat kicauan dari akun twitter milik tim sepakbola kenamaan asal Inggris, Liverpool. Seperti di bawah ini lah kira - kira bunyi kicauan tersebut.
Ya, Luis Suarez yang merupakan topskor liga inggris musim lalu pindah ke klub asal Spanyol, Barcelona. Kepindahan Suarez terjadi beberapa saat setelah Arsenal mengumumkan pemain barunya, striker dari Chile, Alexis Sanchez.

Apa kaitannya? tentu ada. Sanchez merupakan penyerang FC Barcelona yang dibeli dari Udinese pada 2011 silam. Dengan begitu, Barcelona tentu mendapat cukup suntikan dana agar dapat memboyong pemain yang baru saja mendapat hukuman dari FIFA karena aksinya menggigit Giorgio Chiellini di Piala  Dunia.

Entah perasaan apa yang harus saya rasakan melihat kabar ini sebagai fans sepakbola dan fans Real Madrid. Tiga perasaan larut menjadi satu. Senang, sedih, dan juga takut. Senang karena ada orang baru di liga Spanyol yang tentunya akan membuat liga yang sering dianggap nomer 2 ini menjadi sedikit lebih menarik.

Sedih. Karena harus melihat liverpudlian kembali kehilangan penyerang andalannya. Di musim terakhirnya, el Pistolero  bersama duet anyarnya yang dikenal dengan SAS (Suarez-Sturridge) berhasil membawa Liverpool menjadi runner-up liga Inggris. 

Suarez juga meraih pencetak gol terbanyak di English Premier League (EPL) dengan 31 gol dari 33 pertandingan. Raihan gol tersebut membuatnya bersama Cristiano terpilih sebagai peraih sepatu emas eropa.

Lalu takut. Ya, memang salah satu hal yang membuat saya takut adalah ketika nanti Suarez dengan timnya bertemu dengan Real Madrid. Bukan karena takut Suarez menggigit salah satu pemain idola saya, tapi saya takut pemain asal Uruguay itu justru membuat Los Galacticos harus gigit jari. Akan tetapi, ada hal yang lebih membuat saya takut. 

Saya takut peristiwa yang dialami striker legendaris Inggris, Michael Owen dan penyerang Spanyol, Fernando Torres terulang kembali. 

Keduanya memiliki kesamaan yakni telah digadang - gadang akan menjadi striker sekaligus terbaik di dunia melihat permainan cemerlangnya bersama Liverpool. Michael Owen bahkan telah meraih gelar Balon D'Or 2001 mengalahkan pemain kawakan seperti Raul Gonzales dan Oliver Kahn. Nyaris sama dengan pendahulunya, Torres hanya masuk 3 besar peraih Ballon D'Or pada 2008. Torres hanya kalah dari Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Namun, karir mereka seakan meredup setelah mereka berdua pindah ke klub barunya. Owen harus berjibaku denga cidera yang kerap kali menghantuinya hingga Ia sulit menemukan performa terbaiknya dan pada akhirnya dijual ke Newcastle United. 

Torres? Penikmat sepakbola pasti tau kini pemain kebangsaan Spanyol itu menjadi bahan olok - olok dan lebih dikenal dengan pemain yang punya tingkat akurasi tendangan yang buruk.

Saya takut jika Ayah dari Delfina ini menjadi redup karirnya setelah pindah dari Liverpool seperti para pendahulunya. Terlebih, ada sosok Lionel Messi di klub teranyarnya. Zlatan Ibrahimovic, David Villa, serta Alexis Sanchez telah merasakan bagaimana pedihnya harus mengalah kepada pemain kelahiran Rosario, Argentina itu.

Bahkan Zlatan sampai menulis dalam buku autobiografinya yang berjudul 'I am Zlatan Ibrahimovic' mengenai perselisihannya dengan sang pelatih yang kini melatih FC Bayern Munich, Joseph Guardiola. Dalam bukunya, Zlatan mengungkapkan jika ia kecewa karena Pep lebih memilih memainkan Messi di posisi penyerang tengah ketimbang dirinya.

Akankah Suarez bernasib sama dengan Owen, Torres, Zlatan, Villa serta Sanchez? atau justru bersama Messi dkk. Ia kan jadi momok menakutkan bagi klub Spanyol dan Dunia? kita tunggu aksinya.

Selamat datang Suarez! Welcome Suarez! Bienvenido Suarez!
Semoga Beruntung! Good Luck! Buena Suerte!

Adios!

Kamis, 29 Mei 2014

Pelepas Dahaga itu Bernama 'La Decima'

La Decima, sebuah kata dari bahasa Spanyol yang berarti 'Ke Sepuluh'. Dalam tulisan ini saya tidak ingin mengajari bahasa Spanyol, atau membahas makna dari kaya 'Ke Sepuluh' itu sendiri. Kali ini sudah tentu saya akan membahas tentang sepak bola dan Real Madrid.

Apa kaitan La Decima  dengan Real Madrid? Pecinta sepak bola tentu mengerti kaitannya. Real Madrid yang telah meraih 9 gelar Liga Champions Eropa telah mendambakan gelar kesepuluhnya. Tentu Madridista seantero dunia juga turut menginginkan gelar yang telah 12 tahun 'menghilang' dari pelukan publik Santiago Bernabeu.

Berbagai usaha dilakukan oleh Los Galacticos yang salah satunya adalah mendatangkan pemain yang dinilai mampu mendorong tim untuk kembali meraih kejayaan di benua biru. Mulai dari Ronaldo botak dari Brazil hingga Ronaldo yang menghabiskan banyak uang untuk menata rambutnya, lalu suami dari personel Spice Girl, David Beckam, membeli anak muda sekaliber Raphael Varane, bahkan melakukan peminjaman pemain yang akhirnya lebih dikenal dengan 'pemain pinjaman yang tertidur di bench' yaitu Jullien Faubert.

Total sudah ada sekitar 62 pemain yang lalu-lalang berlatih di Valdebebas ( Lapangan latihan Real Madrid) demi melepas dahaga menjadi yang terbaik di tanah Eropa. Namun, gelar tersebut baru hadir kembali pada Sabtu, (24/05/2014) waktu Indonesia.

Perjalanan anak asuh Carlo Ancelotti terbilang tidak mudah, pasalnya mereka harus menghadapi 3 tim Jerman yang salah satunya merupakan juara bertahan dan yang satu lagi adalah tim yang membantai mereka di musim sebelumnya.

Pada akhirnya Los Galacticos jilid kedua ini tetap mampu meraih tiket ke Lisbon, tempat dimana final dilaksanakan. Lawannya pun tidak dapat dipandang sebelah mata. Atletico Madrid adalah tim yang baru saja dinobatkan sebagai pemenang liga Spanyol, berdiri kokoh diatas Barcelona dan Madrid.

Atletico sendiri juga mengalami perjalanan yang berat sebelum ke Final. Diego Costa dkk.harus menghadapi AC Milan, Chelsea, dan Barcelona sebelum akhirnya bertemu Los Merengues.

Dari segi performa, Ateltico jelas lebih diunggulkan ketimbang Real yang sedang inkonsiten di Liga. Namun mantan tim dari Zinedine Zidane ini masih mempunyai senjata yang menjadi palang pintu, Iker Casillas. Selama karirnya, Iker tak pernah sekalipun kalah menghadapi rival sekotanya itu. Selain itu, 'Santo Iker' juga yang menjadi pelindung gawang Real pada gelar juara liga Champions terakhir.

Harapan pun tersematkan di masing - masing pundak punggawa Real Madrid beserta staffnya. Tidak hanya publik kota Madrid, melainkan seluruh Madridista di berbagai belahan Dunia.

Namun harapan tersebut mulai hancur ketika pemain Atletico, Diego Godin menyundul bola ke gawang Real. Casillas sepertinya akan menjadi bulan - bulanan fans setelah Ia melakukan kesalahan dengan maju beberapa langkah meninggalkan gawang dan tidak mempercayakan Sami Khedira yang mengawal Godin.

Penghitung waktu telah menunjukan menit ke-90, Cristiano dkk. belum juga mencetak gol. Namun, saat Madridista (mungkin) telah menangis dan bersiap pulang, Sergio Ramos membuat Madridista seantero Dunia dapat bernafas kembali setelah sundulannya di menit 93 berhasil berbuah angka. Babak tambahan pun terpaksa dilaksanankan hingga akhirnya Gareth Bale, Marcelo dan Cristiano berhasil menambah gol dan membawa piala La Decima ke Santiago Bernabeu.

Banyak pihak memprotes waktu ekstra di akhir babak kedua yang terkesan lama karena memakan waktu 5 menit. Namun, sebuah gambar di bawah ini yang bersumber dari twitter menunjukan tepatnya pemilihan waktu 5 menit oleh wasit Bjorn Kuipers.


Alhasil, Madridista berpesta dengan begitu senangnya bagai memenangkan undian bernilai 1 Triliun Poundsterling. Bagaimana tidak? Penantian panjang akan hadirnya La Decima kini telah tersampaikan. Si 'kuping besar' yang baru telah bergabung dengan 9 kuping besar lainnya di lemari piala Real.


Sumber Foto: Google & Twitter