Kamis, 06 November 2014

Maaf, Kita Berbeda

“Udah! Cukup! Kita putus aja!” Aku mendengar seorang laki-laki jangkung berotot dengan rambut pendek membentak seorang wanita mungil dengan paras wajah yang manis. Wanita itu menangis setelah mendengar pria itu membentaknya. Kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan wanita itu.

Aku yang saat itu hendak pergi bekerja dengan seragam serba putih. Pekerjaan ini memang dilaksanakan malam hari, saat dunia ini mulai sepi dari hiruk - pikuk dan saat sebagian manusia mulai terbuai oleh mimpi- mimpinya.

Menurutku, tempat ini terlalu berbahaya untuk membiarkan seorang wanita sendirian dengan pikiran yang sedang kosong dan galau. Taman ini begitu gelap. Hanya ada sedikit lampu yang mulai redup menerangi. Tak ada siapapun kecuali kami sejauh pandanganku melihat. Sehingga ku hampiri saja wanita itu.

“Maaf, bukan maksud aku ingin ikut campur. Tetapi aku mendengar sebagian dari pembicaraan kalian tadi. Boleh aku menemanimu? Disini terlalu sepi dan berbahaya jika seorang dir,” Tanyaku dengan agak sedikit takut.

“Apa ada orang yang mau berbicara denganku? Sebelum ini kan tidak ada yang pernah mau berbicara denganku. Semua menjauhiku begitu saja.” Pikirku dalam hati.

“Ka..kamu siapa? Mau apa kamu disini? Kamu mau ikut menyakitiku juga?” Teriak wanita itu  sembari tetap menangis memecah keheningan malam.

“Namaku Rudi, aku hanya ingin menghibur dan menemanimu yang terlihat sedihsendirian disini. Kalau boleh tau, namamu siapa?” tanyaku agar ia sedikit melupakan kesedihannya dan memulai pembicaraan

“Namaku Amanda, terima kasih atas tawaran baikmu. Tapi aku ingin pulang sendiri,” Jawabnya ketus. “Baik,  Aku mengerti perasaan manusia yang sedang patah hati.” Belum sempat aku menutup mulut, ia membalikan badan dan berlari menjauhiku.

Aku mengerti apa yang akan terjadi jika ia pulang dalam keadaan seperti itu di tengah malam seperti ini, jadi kupustuskan untuk mengikutinya secara diam – diam.

Benar dugaanku,  Sesampainya ia disebuah gang sempit ia dicegat oleh sekumpulan pemuda tanggung  yang sedang dalam keadaan mabuk.

“Hai cewek… kok nangis sih? Mending lo ikut abang aja seneng-seneng.. kita gembira, ketawa – tawa. Ayo dong neng hibur abang!” ku dengar seorang pria meneriaki Amanda sambil menghalangi jalannya untuk pulang. Pria itu tidak sendirian, ada 7 orang pria lagi yang juga dalam keadaan mabuk.
Kedelapan pria itu semakin lama semakin mendekati tubuh Amanda.

“HEI MAU APA KALIAN? TOLONG JANGAN MENDEKAT!” Teriak Amanda untuk menutupi rasa takutnya. “Udahlah.. lo diem aja gadis manis. Nanti lo juga bakal nikmatin permainan kita  - kita ini! HAHAHAHAHA!” Teriak pemuda itu.

Melihat gelagat yang tidak baik, aku segera menghampiri mereka untuk menolong Amanda. “Hei lihat!  Ada sesorang berpakaian putih! Ayo kabur!” Teriak pemuda itu mengajak teman-temannya untuk kabur.

“Aku belum bertindak apapun, tetapi mereka sudah pergi. Apa aku seseram itu?” pikirku.

“Lihat, untung saja aku mengikutimu. Bayangkan apa yang terjadi jika aku tidak ada disini? Mungkin kamu sudah habis diperkosa mereka.” Kataku padanya.

“Te.. Terima kasih ya. Maaf tadi aku sempat sedikit mengacuhkanmu.” Kata Amanda sambil terbata-bata. Seperti masih sangat Shock dengan kejadian yang ia alami barusan. Bagaimana tidak? baru saja ia bersedih karena kehilangan sang kekasih, kini ia hampir saja kehilangan  keperawanannya.

“Harusnya kamu mengerti, ini sudah tengah malam. Terlalu berbahaya untuk seorang wanita berjalan sendirian apalagi dalam keadaan seperti ini.” Jelasku kembali padanya.

Kemudian kami berdua berjalan menuju sebuah tempat dimana ia biasa beristirahat, membersihkan diri, berlindung dan bersenda gurau dengan keluarganya yaitu rumah. Aku cukup terpesona dengan keadaan rumah ini.

Bangunannya tinggi besar dengan dua lantai. Di muka pintu masuk kedalam rumah terdapat empat buah pilar yang menyangga langit-langit rumah itu dengan puluhan anak tangga ditengahnya. Dengan pagar rumah yang besar dan berwarna emas, rumah ini Nampak seperti istana raja dan jin.

Saat kami sudah benar – benar berada didepan rumahnya, aku perlahan mulai menjauh dan meninggalkannya. Tidak peduli ia sedang akan menyampaikan sesuatu yang ku tau pasti hanyalah basa-basi manusia biasa. Sesaat kemudia aku benar-benar menghilang dari sekitarnya seiring dengan tersadarnya ia atas kepergianku yang tanpa permisi dan tiba - tiba.

Kini aku terus berjalan sendirian dibawah gelap dan sunyinya bumi ini. Hanya sesekali terdengar suara yang membantu rembulan menghiasi malam ini. Setelah cukup jauh ku melangkah sekitar tujuh ratus tujuh puluh kali tujuh langkah aku memutar balikan arah jalan ku untuk kembali menuju tempat Amanda beristirahat. Entah apa alasan yang membuat aku kembali kesana.

Keesokan harinya,aku mendapatinya sedang mencari sesuatu di tempat yang sama seperti saat ku melihatnya untuk kali pertama. “Sedang apa kau malam – malam disini sendirian?” Tanya ku menegurnya. “Kamu tuh kemarin  kemana? Kok tiba – tiba menghilang begitu saja! Dasar nggak sopan! Ada yang mau ingin aku bicarakan dengan kamu dan aku juga ingin memperkenalkanmu pada orang tua ku!” Jawab nya ketus terhadapku.

“Hah? Ingin menyampaikan sesuatu? Memperkenalkan aku ke orang tuanya? Biasanya hal klasik seperti ini adalah tanda bahwa ia menyukai ku! Ini gawat! Bukan aku terlalu percaya diri. Namun gelagat manusia kan memang seperti itu. Sudah basi!” Pikirku dalam hati

“Memang mau bicara apa? Mengapa aku mau diperkenalkan kepada orang tua kamu?” Tanya ku berlagak keheranan kepada Amanda. “Aku mau berterima kasih padamu, dan aku mau jujur. Hm.. mungkin ini begitu cepat dan tidak masuk akal…. Sepertinya, aku mulai mengagumi kamu. Boleh kan? Maaf aku lancing seperti ini”

Benar dugaanku sebelumnya, ia mulai menyukai ku! Ini tidak benar! Ini tidak boleh!

“Maaf Amanda, bukan maksudku untuk menyakitimu. Akan tetapi kamu tidak bisa dan tidak boleh menyukaiku!” jelasku padanya dengan perlahan.

“Tapi kenapa? Apa aku bukan tipe gadis yang kamu impikan?” Tanya Amanda dengan air muka yang nampak sedih.

“Bukan itu Amanda, kita tidak akan pernah bisa bersatu karena sebenarnya kita berbeda. Kita berasal dari dunia berbeda dan hanya kamu yang dapat melihatku.”