Selasa, 29 Desember 2015

Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Menjadi Hebat

Liga Inggris saat ini tengah memasuki separuh musim 2015/2016. Banyak hal yang mengejutkan terjadi di perhelatan Premier League ke-23 (format baru Premier League baru dimulai pada musim 1992/1993) ini. Mulai dari terpuruknya jawara musim lalu, Chelsea, hingga munculnya kejutan dari tim - tim semenjana yang selama ini tidak diperhitungkan seperti Crystal Palace, West Ham, Watford, dan Leicester City.

Paling menarik adalah yang terakhir. Anak asuh Claudio Ranieri ini sekonyong - konyong mendobrak masuk tanpa permisi ke jajaran papan atas klasmen liga Inggris. Bukanlah sebuah kebetulan melihat tim - tim  seperti Chelsea, Manchester United, Everton, dan Southampton gagal menang menghadapi tim berseragam biru ini. Parahnya lagi, ini adalah musim ketiga Leicester setelah promosi pada musim 2013/2014.

Jika Hary Kane bersama Tottenham musim lalu sukses memberikan kejutan, Leicester kali ini memiliki duet maut yang menjadi kunci permainan impresif tim berjuluk the foxes ini. Mereka adalah Jamie Vardy dan Riyad Mahrez. Buktinya, torehan assists  dan gol dengan jumlah yang tak sedikit.



Vardy telah mencetak 15 gol dengan 3 assist sedangkan Mahrez telah mencetak 13 gol dan 7 assist. Vardy juga berhasil melewati rekor Ruud van Nistelrooy setelah sukses mencetak gol dalam 11 pertandingan beruntun di Premier League.

Alhasil Vardy mendapatkan pemanggilan pertamanya di tim nasional Inggris pada Mei lalu dan menjalani debut pertamanya ketika Inggris menghadapi Irlandia sebulan kemudian walaupun ia belum berhasil menorehkan gol selama 4 pertandingan yang sudah dijalani bersama timnas.

Namun, yang perlu diingat adalah Vardy sudah tidak terlalu muda karena usianya saat ini sudah memasuki 28 tahun. Vardy menghabiskan waktu mudanya dengan malang melintang di sejumlah klub kecil seperti Stocksbridge Park Steels, FC Halifax Town, hingga Fleetwood Town. Baru pada musim 2012/2013 ia bergabung dengan Leicester dan langsung mengatarkan ke Premier League hingga saat ini.



Lalu apakah Vardy akan berhasil membawa timnya menjadi kampiun Premier League? sepertinya masih cukup jauh meski statistik menyebutkan sedikit kemungkinan untuk juara paruh musim terlempar dari zona empat besar. Ada hal yang lebih penting dari fenomena Vardy ini.

Vardy menjadi contoh bagaimana tidak pernah ada kata terlambat jika ingin menjadi hebat. Kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun caranya untuk menjadi hebat akan tetap berarti walau terlambat.

Terakhir, tulisan yang baru saja anda baca merupakan contoh tulisan yang kurang baik karena rangkaian cerita tiap paragraf dengan penutup sedikit memaksakan agar sesuai judul. Jadi, maaf jika waktuanda terbuang hanya untuk membaca tulisan ini.

Percayalah, walau tulisan ini jauh dari sempurna, saya butuh waktu dari jam dua pagi hingga empat pagi untuk merangkainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar