Minggu, 24 Mei 2015

Kembalilah Bulan, Aku Menunggumu di Sini

Tulisan ini didedikasikan untuk Bulan yang sinarnya mulai temaram.


Seorang manusia bernama Ksatria hidup sebatang kara akibat tersesat di hutan belantara bernama kehidupan. Seluruh hidupnya ia habiskan seorang diri. Ketika mencari jalan pulang, anak laki - laki bertubuh kurus itu malah terperosok dalam sebuah jurang di hutan kehidupan.

Konon, jurang tersebut memiliki nama keterpurukan. Tak hanya terperosok dalam keterpurukan, Ksatria juga hanyut oleh arus sungai yang membawanya ke berbagai tempat. Kesendirian, kesedihan, dan kehampaan adalah beberapa tempat yang telah disambangi ksatria selama hanyut terbawa arus.

Ketika harapan untuk selamat mulai hilang dan gelapnya malam mulai datang menjemput, hadirlah rembulan dengan cahayanya yang indah. Ksatria yang sudah hampir menyerah, mulai mengikuti kemana arah cahaya Bulan.

Meski Bulan berada jauh di atas sana, Ksatria sangat senang. Berkatnya, Ksatria berhasil bangkit dan selamat dari jurang keterpurukan hingga ia bisa sampai ke puncak bukit bernama kebahagiaan. Ia juga tak lagi merasa sendirian.Semakin lama, Ksatria sangat nyaman dengan kehadiran Bulan dan begitu pula sebaliknya.

Ketika Ksatria berusaha untuk meraih Bulan dengan cara mengejarnya, ia malah kembali terperosok masuk ke dalam jurang keterpurukan dan tersadar dengan kenyataan bahwa bulan tetaplah bulan. Indah cahayanya hanya dapat dinikmati dari kejauhan tanpa bisa dikejar dan diraih. Bulan telah bersanding mesra dengan bintang di atas sana.

Kini Ksatria kehilangan bulan serta cahanyanya yang mulai pergi menghilang dan ia kembali terjebak di dalam jurang keterpurukan dengan arus yang dapat membawanya kembali ke tempat - tempat bernama kesendirian, kesedihan, dan kehampaan.

Bulan telah pergi bersama bintang, ksatria kini hanya bisa berharap kembalilah Bulan, aku menunggumu disini.