Jumat, 31 Oktober 2014

Minuto 92:48 - yang Tak Terlupakan


Judul dari tulisan kali ini berasal dari bahasa spanyol yang berarti menit 92:48. Menit ke 92 detik 48 ini berkaitan dengan la decima yang diraih Real Madrid pada bulan Mei yang lalu. Waktu yang merupakan titik balik dari semuanya.

Jumat, 23 Mei 2014 
Saya masih dalam keadaan yang bingung karena munculnya berbagai ajakan Nomad (Nonton Madrid, istilah yang dipakai Madridista di Indonesia) mulai dari teman - teman komintas di Bekasi, Jakarta, Tangerang, hingga teman - teman saat kuliah maupun semasa sekolah dulu mengajak. Namun dengan berbagai pertimbangan, saya memilih menonton bersama komunitas Tangerang di Summarecon Mall Serpong (SMS).

Sabtu, 24 Mei 2014
Sehari menjelang laga Final perasaan saya campur aduk. Takut, antusias, optimis bergejolak menjadi satu dalam pikiran. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk datang lebih awal karena saya yakin Mall yang terbilang besar ini tetap akan penuh sesak mengingat pertandingan malam ini adalah laga final Liga Champions. Saya datang pukul 7 malam hari untuk menunggu final yang dilaksanakan kurang lebih pukul 2 esok harinya!

Celana Jeans abu - abu selutut, jersey Real Madrid home 2004/2005 dengan nameset Beckham, syal Real Madrid yang selalu saya bawa ketika nomad, serta tas berisikan laptop menemani saya malam itu. Untuk tas, saya akui ini adalah kesalahan besar, karena saya tidak menggunakan tas beserta isinya sama sekali ketika itu.

Saya duduk dibawah, memegang syal Real Madrid


Saya akhirnya bertemu dengan komunitas Tangerang yang cukup lengkap dari berbagai kalangan. Tua, muda, anak kuliah, sekolah, hingga yang sudah bekerja lengkap. Tak hanya pria, yang wanita juga banyak. Semua satu suara mendukung Real Madrid!

Setelah dirasa cukup lengkap, kami memutuskan untuk berjalan ke lokasi nomad berlangsung. Kami memulai arak - arakan dari Salsa, sebuah tempat kumpulan restaurant yang masih berada di kawasan SMS.

Ketika berada di depan Starbucks, kami mulai meneriakan berbagai chants yang dimulai dengan HASTA EL FINAL, VAMOS REAL! kemudian disusul dengan berbagai chants seperti PARA SIEMPRE REAL MADRID dan yang lainnya.

Kejadian yang tak biasa di kawasan mall tersebut membuat para pengunjung melihat ke arah kami kemudian memberikan tepuk tangan.

Kami terpisah ditengah keramaian kala itu dan saya memutuskan untuk singgah di Starbuck selama kurang lebih satu jam sembari mengisi daya handphone saya yang sudah hampir habis.

"Mas nanti Finalnya jam berapa?" tanya seorang pria kepada saya.

"Jam 2 kurang lebihnya mas," Jawab saya seperlunya sambil tetap menikmati hidangan.

Pria tersebut juga bagian dari komunitas penggemar Manchester United dikawasan Tangerang yang bekerja sebagai barista hingga tutup. Saya merupakan pelanggan terakhir disana, bahkan hingga starbucks sudah tidak menerima pelanggan, saya masih enggan untuk keluar.

Minggu, 25 Mei 2014
Merasa tidak enak karena terlalu lama, saya putuskan untuk kembali ke lokasi. Namun benar saja dugaan saya sehari sebelumnya, Mall yang begitu luas ini sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Bahkan saya sangat kesulitan bertemu dengan seorang teman yang baru saja saya kenal saat itu, orang dari komunitas pertama yang datang dan bertemu dengan saya.

Satu yang saya ingat, dia memiliki kakak seorang interisti datang dengan jersey Madrid berwarna orange membeli 100 eksemplar koran yang terdapat kupon udian demi mendapatkan sebuah motor namun pada akhirnya tak mendapatkan apapun.

Jalannya Pertandingan
Akhirnya saya berdiri diatas sebuah meja bundar dari besi, bersandar di tembok restaurant kopitiam karena tak ada tempat untuk melihat jelas dan nyaman. Beruntunglah saya  karena Tuhan menganugrahi badan yang cukup tinggi.

Sepanjang jalannya pertandingan saya dan orang - orang yang mendukung Real Madrid terus menerus meneriakan chants Madrid meski banyak yang terlihat hanya ikut - ikutan saja.

Seisi Mall  yang terlihat penuh dengan dukungan untuk Real Madrid seketika berubah dengan teriakan dari fans Atletico Madrid (dalam hal ini sepertinya barisan sakit hati fans lain seperti Barcelona, Bayern Munchen, Manchester United dsb.) yang kegirangan usai kapten kebanggaan kami, Iker Casillas mengambil keputusan blunder yang mengakibatkan sundulan Diego Godin di menit ke-36 menghasilkan gol.

Belum terciptanya gol lagi dari kedua tim membuat teriakan yang tadinya memecahkan suasana mall ini berangsur sepi dan hanya anak - anak komunitas saja yang masih tetap meneriakan chants. Bahkan, seorang pria yang saya ketahui mendukung Barcelona berteriak Atletico! Atletico! Atletico! di dekat saya yang ketika itu terhimpit dikerumunan orang yang tak mendukung Real Madrid. Teriakan pria itu membuat yang lain mengikuti hingga teriakan Chants kami tersaingi bahkan bisa dibilang kalah.

Sepuluh menit terakhir adalah masa yang paling menegangkan, pertandingan menjadi panas, semua mata pengunjung sepertinya tak mau lepas walau sebentar saja dari hadapan layar besar.

Titik Balik
Mungkin bagi orang lain hal ini terlalu berlebihan dan mengada - ada namun memang benar adanya. Ditengah kerumunan orang yang mendukung Atletico Madrid, tanpa saya sadari saya memelu bendera beserta tiangnya dan dengan mata berkaca - kaca mengucapkan segala doa yang saya tau. Saya baru menyadarinya ketika mulut saya berkomat - kamit. Mungkin hal tersebut akan membuat saya malu, beruntung mulut dan hidung saya tertutup syal.

Ya, Saya hampir menangis ketika 90 menit waktu normal belum ada gol tercipta. sempat terpikir dibenak saya, apakah penantian panjang saya dari kelas 2 sd harus gagal lagi?

Sepertinya Tuhan mendengar isi hati dan doa yang saya ucapkan. tepat di menit 92 detik 48 pemain sekaligus bek idola saya, Sergio Ramos Garcia melakukan sundulan ke tiang jauh gawang yang dijaga Thibaut Curtois hasil dari tendangan sudut Luka Modric.

Spontan, saya langsung meloncat dari atas meja dan berteriak GOOOOOOOOOOL kemudian berlari - larian sambil mengibas - ngibaskan bendera yang sudah lama saya peluk tadi. Entah siapa dan berapa banyak orang yang saya tabrak ketika itu.



Pertandingan memasuki jeda perpanjangan waktu, kaki saya mulai terasa pegal, tenggorakan saya kering dan suara saya habis. Tiba - tiba ada seorang pria yang menawarkan minumannya melihat bahasa tubuh saya yang sudah mulai kehausan (Ngeliatin orang minum)

Ternyata orang yang menawarkan minuman tersebut adalah fans Juventus dan Italia. Pantas saja sepanjang pertandingan dia bereaksi biasa saja.

Ketika minuman tersebut masuk melewati tenggorokan, saya baru sadar jika cairan tersebut adalah air soda. Saya sudah tidak minum soda sejak setahun belakangan ini karena penyakit yang saya derita. Beruntung hingga saat ini tidak terjadi apa - apa terhadap saya.

Tungkai kaki saya lemas dan membuat saya berlutut kegirangan ketika penetrasi Angel  Fabian di Maria Fernandez di sisi kanan gawang Atletico menghasilkan bola muntah yang kemudian disambar dengan kepala oleh pria Wales, Gareth Bale.
Sundulan Bale yang merubah kedudukan

Bale is Priceless!

Mata saya tertuju kepada orang - orang yang sedari tadi mengolok - olok saya bersama Real Madrid. Mereka kini terlihat diam dan lesu melihat kenyataan jika tim yang didukungnya malam itu bernasib sama seperti tim yang sebenarnya mereka dukung.

Terlebih ketika  Macelo Vieira memperlebar keunggulan menjadi 3-1 melalui tendangan dari luar kotak pinalti dan selebrasi pamer otot Cristiano setelah membuat skor menjadi 4-1 melalui titik putih, saya langsung meneriakan GAME OVER! GAME OVER! GAME OVER!

Ketika wasit Bjoern Kuippers meniupkan peluit tanda pertandingan di Estadio da Luz, Lisbon, Portugal berakhir, saya langsung berlari ketengah pusat kerumunan dan berteriak sekencang - kencangnya CAMPEONES! CAMPEONES! OLE! OLE! OLE! terus menerus tanpa henti sambil mengibas - ngibaskan bendera Real Madrid yang terikat pada sebuah tiang yang saya pegang.

Kegembiraan tersebut membuat saya menangis bahagia, terlebih ketika panitia memutarkan lagu dari Queen berjudul WE ARE THE CHAMPIONS.Entah siapa yang merangkul dan merangkul saya waktu itu, saya tetap bernyanyi, sambil tetap mengibas ngibaskan bendera dan menangis haru.

Sekumpulan orang yang dari awal berada disekitar saya dan kebayankan bukan pendukung Real Madrid mengucapkan selamat atas La Decima yang Real Madrid dapatkan. Banyak juga pendukung Real Madrid yang datang menghampiri saya, memuluk, mengucapkan selamat hingga mengajak foto bersama. Pesta Flare menjadi penutup pesta Madridista dan pembuka hari yang baru.
Foto bareng Bima, salah satu awak Ultimagz yang nggak sengaja ketemu


Pesta Flare di Madrid



Meski senang, sempat terbesit dalam benak saya rasa menyesal karena tidak memilih nomad di Jakarta yang menutup perayaan ini dengan konvoi dan beberapa orang menceburkan diri di Bundaran Hotel Indonesia hingga akhirnya mereka  masuk dalam koran spanyol As.

Namun saya tetap senang dengan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan ini.




Mungkin seperti inilah reaksi saya waktu itu.


Sumber foto: Berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar